Thursday, September 16, 2010

Siri kisah jenaka sufi


Keldai Membaca
Pemerintah menghadiahi Nasrudin seekor keldai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi kemudiannya, pemerintah berkata,

“Ajarkan keldai itu membaca. Selepas dua minggu, datanglah kembali ke sini, dan kita akan melihat hasilnya.”

Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, pemerintah menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin memimpin keldainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.

Si keldai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalikkan halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keldai menatap Nasrudin.

“Demikianlah,” kata Nasrudin, “Keldaiku sudah boleh membaca.”
Pemerintah mulai bertanya,
“Bagaimana caramu mengajarkan dia membaca ?”
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku selitkan biji-biji gandum di dalamnya. Keldai itu harus belajar membalik-balik halaman supaya dapat makan biji-biji gandum itu, sampai ia menjadi terlatih untuk membalik-balik halaman buku dengan betul.”

“Tapi,” tukas pemerintah tidak puas hati,
“Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?”

Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keldai membaca,hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut sebodoh keldai, bukan ?”



Gelaran Untuk Pemerintah

Pemerintah mulai mempercayai Nasrudin, dan kadangkala mengajaknya berbincang soal kekuasaannya.

“Nasrudin,” katanya suatu hari, “Setiap khalifah di sini selalu memiliki panggilan dengan nama Allah. Misalnya: Al-Muwaffiq Billah, Al-Mutawakkil ‘Alallah, Al-Mu’tashim Billah, Al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah panggilan yang sesuai untukku ?”

Cukup sukar, mengingat pemerintah tersebut adalah penguasa yang kejam dan bengis.
Namun tidak lama kemudian, Nasrudin berjaya menemukan jawapannya.

“Saya kira, panggilan yang paling sesuai untuk Anda adalah Naudzu-Billah* saja.”
* “Aku berlindung kepada Allah (darinya)”



Tempat Pemerintah di Akhirat

Pemerintah meneruskan perbincangan dengan Nasrudin soal kekuasaannya.

“Nasrudin! Menurutmu, di manakah tempatku di akhirat, menurut kepercayaanmu ? Apakah aku ditempatkan bersama orang-orang yang mulia ataupun yang hina ?”

Bukan Nasrudin kalau ia tak dapat menjawab pertanyaan ‘semudah’ ini.

“Raja penakluk seperti Anda,” jawab Nasrudin, “InsyaAllah akan ditempatkan bersama raja-raja dan tokoh-tokoh yang telah menghiasi sejarah.”

Pemerintah benar-benar puas dan gembira. “Betulkah itu, Nasrudin ?”

“Tentu,” kata Nasrudin dengan tegas. “Saya yakin Anda akan ditempatkan bersama Fir’aun dari Mesir, Raja Namrudz dari Babylon, Kaisar Nero dari Romawi, dan juga Genghis Khan.”

Entah mengapa, pemerintah masih juga gembira mendengar jawapan itu.



-^___^-

No comments:

Post a Comment